Judul Buku: 1cm Between
You and Me
Penulis: Kim
Eun Ju
Ilustrasi:
Yang Hyun Jung
Penerjemah: Dewi
Ayu Ambar Rani
Penerbit: Haru
Tahun Terbit:
Cetakan Pertama, Juli 2020
Jumlah Halaman:
324 halaman
“Saat jauh, menjadi bintang
yang tak terhitung jumlahnya. Saat dekat, menjadi satu-satunya bulan.”
Sering kali kita berhenti
memperhatikan orang yang dekat dengan kita. 1cm
Between You and Me adalah sebuah buku
esai terjemahan Korea yang berupaya mengingatkan kita untuk melihat cinta
sedikit lebih dalam lagi.
Hugging essay ini ditulis dengan sudut pandang yang kreatif dan penuh simpati oleh
Kim Eun Ju yang percaya bahwa cinta yang murni mampu membuat kehidupan lebih
bersinar. Seri 1cm menjadi best seller dan digemari tidak hanya di
Korea Selatan, tetapi juga di negara-negara lainnya.
Makna dari 1cm yang ingin
disampaikan oleh penulis adalah “Jarak yang tepat untuk mencintai adalah 1cm.”
Sedangkan ‘Hugging‘ yang ditekankan oleh Kim Eun Ju
memiliki makna, “Healing bisa
dilakukan sendiri, tapi hugging hanya
bisa dilakukan jika ada seseorang bersamamu.”
Covernya saja semenarik itu,
apalagi isinya.
Yup! Selain isinya yang tak
kalah menarik, keistimewaan dari esai yang satu ini adalah visual ilustrasinya
yang digambar oleh Yang Hyun Jung berupa sepasang kekasih dan sepasang beruang
yang sedang jatuh cinta. Yang satunya seekor beruang kutub atau Nona Beruang
Putih dan seekornya lagi beruang madu (mungkin) atau Tuan Beruang.
Tak hanya itu, tiap halamannya
pun tak pernah membosankan, karena selain ada yang berwarna, ada juga beberapa
halaman yang dapat dilipat hingga menjadi suatu bentuk kesatuan dari gambar di
halaman sebelumnya.
Dan katanya buku ini pernah
dibaca oleh Jungkook, salah satu member BTS. Buku ini ia dapatkan dari seorang
Army yang memberinya hadiah.
Sumber Gambar: Instagram @penerbitharu
Fansnya Jungkook mana, nih? Kalian
sudah baca buku 1cm Between You and Me
atau belum? Bagi yang tertarik ingin membaca, kalian bisa cari di toko buku di
kota kalian, ya atau bisa juga membeli lewat marketplace milik Penerbit Haru
atau toko buku online yang bekerjasama dengan Penerbit Haru.
Terima kasih sudah membaca …
Judul Buku: Aku
Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah
Penulis: Geulbaewoo
Penerjemah: Dewi
Ayu Ambar Rani
Penerbit: Haru
Tahun Terbit:
Cetakan Pertama, Juni 2021
Jumlah Halaman:
250 halaman
Dalam hidup, terkadang kita
merasa lelah, tak berdaya, dan merasa bersalah atas keadaan. Kita juga sering
merasa belum melakukan yang terbaik, padahal sudah berusaha sebaik mungkin.
Pernah ada di fase itu?
“Aku Bukannya Menyerah,
Hanya Sedang Lelah” adalah sebuah judul buku yang isinya berupa esai terjemahan
Korea yang ditulis oleh Geulbaewoo dan berhasil diterjemahkan oleh Penerbit
Haru.
Buku ini terdiri atas tiga
bagian dengan masing-masing sub membahas tentang bagian dari diri kita sebagai
manusia saat mencapai titik lelah dalam hidup dan rasanya benar-benar ingin
menyerah atas segala hal yang telah kita lakukan selama ini. Tentang kegagalan,
kelelahan karena menahan semuanya sendiri, dan kemudian membahas tentang jati
diri. Geulbaewoo menuliskannya berdasarkan pengalamannya sendiri.
Ini adalah esai pertama dari
Geulbaewoo yang saya baca dan berhasil membuat air mata saya mengalir. Bagian
pertama itu benar-benar menyinggung tentang diri saya. Setelah membacanya, saya
seperti dikuatkan. Penulis mengingatkan jika kita berhak menjadi diri sendiri
dan hidup bahagia.
Meskipun esai, namun ini
bukan esai yang membosankan untuk dibaca. Penulisannya sangat sederhana dengan
bahasa yang mudah dimengerti. Tiap isinya mungkin akan membuat kalian berpikir,
“Duuhh, aku banget.” (Karena saya begitu. Hehe).
Ada satu sub bagian yang
juga menjadi favorit saya, dimana penulis juga mengingatkan bahwa diri kita itu
berharga.
“Ada hari-hari ketika kita
merasa diri ini tak berharga. Ada juga saat ketika kita tidak tahu harus
berjalan ke arah mana. Kegagalan yang datang bertubi-tubi membuat kita merasa
bahwa diri ini tidak berguna.
Aku mau mengatakan, pertama,
kau sudah berusaha keras. Kau sudah banyak menderita. Kau sudah berhasil
melakukan semuanya dengan baik. Selama ini kau sudah bertahan melalui hari-hari
sulit dengan satu tekad kuat untuk berhasil. Kau pasti sangat lelah setelah
melalui banyak kesulitan, tetapi kau sudah berhasil bertahan sampai sekarang.
Kau pasti jauh lebih lelah dari yang kau bayangkan. Mungkin kau ingin
mengakhiri semuanya sekarang. Siapa pun yang lelah pasti ingin berhenti, dan
mungkin saja itu benar.
Namun, jangan memandang
dirimu terlalu kecil dan buruk. Selama ini kau sudah berusaha keras. Tekadmu
untuk berhasil selama ini kuat. Kau bukanlah orang yang tidak sempurna atau
buruk. Kau sedang bertumbuh dengan indah seperti pohon penuh dedaunan hijau
yang merimbun seiring waktu. Mari kita lalui semuanya dengan baik. Kau pasti
bisa.” (Halaman 181)
Bagaimana? Setelah membaca
sebagian isi buku tersebut, kalian tidak tertarik untuk membaca bukunya secara
keseluruhan? Saya sangat merekomendasikan buku ini untuk kalian baca. Sekarang
sudah bisa dicari di toko buku di kota kalian. Bisa juga melalui Penerbit Haru
langsung.
Untuk penutup dari review
yang ala kadarnya ini, saya pun ingin mengatakan, “semangaaatt untuk tahun 2022
ini. Jika tahun kemarin kamu begitu tertekan dan rasanya ingin menyerah, semoga
di tahun 2022 ini banyak hal baik yang terjadi dan diselimuti oleh kebahagian.”
Terima kasih sudah membaca...
Judul Buku: The Secret of Red Sky
Penulis: Jung Eun Gwol
Penerjemah: Ni Made Santika
Penerbit: Haru
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, September
2018
Jumlah Halaman: 552 halaman
Judul Buku: The Secret of Red Sky 2
Penulis: Jung Eun Gwol
Penerjemah: Seini Intanalia
Penerbit: Haru
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, September
2018
Jumlah Halaman: 512 halaman
Sinopsis
Ha Ram, meski buta, dia adalah peramal langit dengan
ketampanan surgawi yang bertugas di Istana Gyeongbok.
Namun, dia tidak bisa melihat bintang di langit. Ketika membuka
mata, seluruh dunia akan berwarna merah darah. Dia buta saat masih kecil.
Sejak pertemuannya dengan Hong Cheongi, sebuah tirai yang
akan mengantarkannya kepada rahasia langit merah yang menyelimuti matanya perlahan-lahan
mulai tersingkap.
Hong Cheongi, gadis pelukis genius yang menyukai tantangan. Dia
adalah gadis dengan suara lantang layaknya seorang laki-laki. Gadis beracun dan
keras kepala yang bahkan membuat harimau tidak jadi melahapnya.
Dua puluh tahun kehidupannya sebagai seorang pelukis−yang hanya mengenal kuas dan lukisan berubah drastis sejak dia
memungut seorang pemuda yang jatuh dari langit.
Lee Yong, Pangeran Anpyeong yang berkelana mencari keindahan.
Dia sangat mencintai karya seni melebihi siapa pun sehingga lukisan dan puisi
indah saja bisa membuat tangan dan kakinya langsung lemas.
Laki-laki penuh kebebasan yang selalu mengharapkan berbagai
kejadian seru. Sampai sekarang hanya Hong Cheongi satu-satunya yang bisa
membuatnya merasa begitu senang.
*Novel ini menceritakan tentang pertemuan seorang lelaki buta
dengan gadis pelukis pada zaman Joseon di malam Dongji. Ketika membaca buku ini, kita akan
diperkenalkan dengan jenis-jenis lukisan di Korea. Meskipun ini cerita
romantis, tetapi ceritanya tidak hanya berfokus pada lukisan. Namun, nuansa mistis, nilai kesetiaan dan persahabatan, semuanya diceritakan dalam buku karya Jung
Eun Gwol ini.
Bahkan novel ini telah diadaptasi menjadi sebuah film berupa
Drama Korea romantis dengan judul Lovers
of The Red Sky yang dibintangi oleh Kim Yoo Jung, Ahn Hyo Seop, dan Gong
Myung. Film ini tamat dengan jumlah enam belas episode dengan rating yang
memuaskan.
Selain itu, tidak hanya ada dalam bentuk film. Bagi kalian
yang belum sempat baca novelnya atau menonton versi filmnya, kalian pun dapat
membaca versi Webtoon-nya dengan judul yang sama dengan filmnya. Sekarang di
webtoon Indonesia baru sampai episode 11.
Ceritanya sangat seru dan membuat penasaran. Namun, kembali
lagi kepada teman-teman. Lebih suka baca novelnya, webtoonnya, atau menonton
filmnya. Karena seperti yang kita ketahui, terkadang ketika sebuah novel
diangkat ke layar lebar, ceritanya agak sedikit berbeda. Ada yang memuaskan,
ada juga yang mengecewakan.
Judul Buku: #1
Nevermoor (The Trials of Morrigan Crow)
Penulis: Jessica
Townsend
Penerjemah: Reni
Indardini
Penerbit: Mizan
Fantasi
Tahun Terbit:
Cetakan Pertama, 2017
Jumlah Halaman:
451 halaman
Sinopsis
Morrigan Crow tahu dia akan mati saat berulang tahun ke-12,
tepat pada hari Eventide. Seperti halnya anak-anak lain yang lahir pada tahun
yang sama, dia dituduh sebagai anak yang terkutuk, penyebab semua kesialan di
kotanya, dari kematian, cuaca buruk, kekalahan dalam lomba, sampai makanan
basi. Bahkan keluarganya sendiri pun tak lagi memedulikan dia. Berharap agar Morrigan
cepat mati.
Namun, siapa sangka Eventide tiba satu tahun lebih cepat? Dan
siapa sangka pula, bukannya maut, malah Jupiter North yang menjemputnya,
membawa Morrigan kabur ke kota rahasia, Nevermoor.
Sejenak, Morrigan merasa aman. Namun, itu hanya sementara,
karena tantangan lainnya telah menanti. Sebagai penduduk illegal, satu-satunya
cara bagi Morrigan untuk tetap tinggal adalah menjadi anggota Wundrous Society.
Hanya Sembilan anak berbakat yang akan diterima di akademi bergengsi tersebut.
Jadi, bagaimana mungkin Morrigan dapat bersaing dengan ratusan anak hebat
lainnya saat dia sendiri bahkan tidak mengetahui kemampuan yang dia miliki?
Morrigan hanya ingin terlepas dari kutukan Eventide. Dia hanya
menginginkan tempat yang bisa disebutnya rumah, orang-orang yang bisa
dianggapnya sahabat dan keluarga. Sebegitu sulitkah?
Judul Buku: #2
Wundersmith (The Calling of Morrigan Crow)
Penulis: Jessica
Townsend
Penerjemah: Reni
Indardini
Penerbit: Mizan
Fantasi
Tahun Terbit: Februari
2019
Jumlah Halaman:
493 halaman
Sinopsis
Saudara-saudari sehidup semati? Saling setia, siap bahu-membahu? Morrigan mulai merasa ikrar Wundrous Society itu hanya omong kosong.
Tidak ada yang menyukainya di sekolah−yah, kecuali Hawthorne, sahabatnya. Unit mereka terus dikirimi surat kaleng berisi ancaman untuk menguak rahasia Morrigan dan gurunya di Society hanya mengajarkan satu hal: semua Wundersmith itu jahat dan Morrigan bukanlah pengecualian.
Yang terburuk, satu per satu orang mulai menghilang dan terror bermunculan. Nevermoor, kota fantastis yang magis dan menawarkan perlindungan, kini dilingkupi ketakutan dan kecurigaan….
Dan besar kemungkinan, Morrigan penyebabnya.
Judul Buku: #3
Hollowpox (The Hunt for Morrigan Crow)
Penulis: Jessica
Townsend
Penerjemah: Reni
Indardini
Penerbit: Mizan
Fantasi
Tahun Terbit: Januari
2021
Jumlah Halaman:
505 halaman
Sinopsis
Para Wunimal di Nevermoor seperti terserang suatu virus yang menyebabkan mereka mengamuk dan melukai para penduduk Nevermoor. Namun, siapa sangka jika itu bukanlah sebuah virus melainkan monster yang sengaja diciptakan untuk mengacaukan Nevermoor.
Morrigan tahu persis siapa yang menciptakan monster tersebut, tak lain dan tak bukan adalah pria yang sudah sejak lama diusir dari Nevermoor akibat pembantaian yang ia lakukan di Alun-alun Keberanian bertahun-tahun yang lalu.
Bagaimanakah cara Morrigan mengatasi permasalahan yang menimpa para
wunimal tersebut? Sementara disaat ia merasa menemukan solusinya, alih-alih
justru ia malah masuk ke dalam jebakan yang disiapkan dengan rapi oleh Presiden
Wintersea.
***
Ini pertama kalinya saya membaca buku genre fantasi dari penerbit Mizan. Dan tidak mengecewakan. Petualangan Morrigan Crow dan teman-temannya dari Unit 919 benar-benar menegangkan. Jika kalian penggemar Harry Potter, maka buku ini layak untuk kalian baca. Jessica Townsend benar-benar menuangkan imajinasi briliannya dengan sungguh-sungguh hingga terciptalah karya yang mengisahkan tentang seorang anak gadis yang dikutuk, yang ternyata memiliki sebuah rahasia besar mengenai jati dirinya yang sebenarnya.
Gaya bahasa yang digunakan juga tidak terlalu berat, sehingga mudah dimengerti. Latar tempat dijelaskan sedemikian detail, rasanya seperti kita dapat membayangkan secara langsung seperti apa yang ditulis oleh Jessica. Para tokoh dalam cerita pun masing-masing diberi watak yang tidak monoton. Saya pribadi lebih tertarik dengan tokoh Matron Cendekiawan yang mengajari Morrigan.
Mengapa? Karena Matron Cendekiawan tersebut dapat berubah bentuk menjadi orang yang berbeda. Sejauh ini baru tiga transformasi, yaitu Dearborn, Murgatroyd, dan Rook. Masing-masing juga memiliki sifat yang berbeda. Tiap mereka bertransformasi, selalu terdengar bunyi tulang-tulang. Menurut saya itu keren. Kadang kepikiran, itu bagaimana, ya jika adegan yang itu dibuatkan film? Hehe.
Untuk kekurangan, sih sejauh saya membaca cerita ini, asyik
lah, ya. Jadi tidak ada kekurangan menurut saya pribadi. Ceritanya tidak
terlalu bertele-tele. Namun, mungkin ada beberapa pembaca yang bakal gemas sama
sikapnya Morrigan yang terkadang menjengkelkan.
Judul Buku: Girls in the Dark
Penulis: Akiyoshi
Rikako
Penerjemah:
Andry Setiawan
Penerbit: Haru
Tahun Terbit:
Cetakan Pertama, 2014
Jumlah Halaman:
288 halaman
Sinopsis
Apa yang ingin disampaikan oleh gadis itu…?
Gadis itu mati. Ketua Klub Sastra, Shiraishi Itsumi, mati. Di tangannya ada setangkai bunga lily. Apakah itu pembunuhan? Atau bunuh diri? Tidak ada yang tahu. Satu dari enam gadis anggota Klub Sastra digosipkan sebagai pembunuh gadis cantik berkarisma itu.
Seminggu sesudahnya, Klub Sastra mengadakan pertemuan rutin bertema yami-nabe. Mereka ingin mengenang mantan ketua mereka dengan sebuah cerita pendek. Namun ternyata, cerita pendek yang mereka buat adalah analisis masing-masing tentang siapa pembunuh yang sebenarnya. Keenam gadis itu bergantian membaca analisis mereka, tapi….
Kau... pernah berpikir ingin membunuh seseorang?
*Girls in the Dark atau Ankoku Joshi merupakan karya Rikako sensei yang pertama kali diterbitkan di Indonesia
oleh Penerbit Haru. Pada tahun 2017
novel ini pun diangkat menjadi sebuah film. Shiraishi Itsumi diperankan oleh
Marie litoyo.
Kelebihan
Rikako
sensei selalu berhasil membuat
pembaca penasaran. Menebak-nebak siapa sebenarnya pelaku dari kejadian
dalam cerita. Apalagi dalam cerita Girls in the Dark ini, masing-masing
anggota Klub Sastra tersebut menceritakan kenangan mereka bersama sang mantan
ketua klub, dan kemudian berasumsi menebak orang yang kira-kira membenci
Shiraishi Itsumi dan membunuhnya. Pada pertemuan yami-nabe lah mereka menceritakan semuanya versi mereka
masing-masing. Dan seperti biasa, ending yang
tidak tertebak, dengan alur yang ditata sedemikian rupa. Tapi kalau menurut
saya pribadi, cerita yang ini sedikit mudah ditebak dibanding dengan The Dead Returns.
Kekurangan
Sedikit mudah tertebak siapa
pembunuh sebenarnya. Justru malah urutan kejadiannya yang luar biasa menurut
saya. Di luar ekspektasi. Haha.
Sumber Gambar: Instagram
(@harusemestapersada)
“Hidup
memang tak hanya tentang bahagia, adakalanya perlu luka agar kita lebih
menghargai bahagia itu, perlu perjuangan untuk menghargai hasil, dan perlu
lapangnya dada menerima hal-hal yang tak sesuai dengan yang kita minta.” – (halaman 4)
Judul Buku: Hidup
Penulis: Ikhsanudin
Penerbit: TransMedia Pustaka
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, 2019
Jumlah Halaman: 202 halaman
Buku pengembangan diri dengan cover yang simple, tetapi
menarik. Buku ini berisi motivasi untuk teman-teman yang sering menyalahkan
hidup, meragukan rencana Tuhan, menangisi dan menyesali masa lalu, merasa tidak
bahagia, dan masih banyak lagi. Tiap kalimatnya sekiranya dapat kita renungi
kala membacanya. Banyak hal positif yang kita dapatkan dari membaca buku ini. Perihal
bersyukur, ikhlas, dan bagaimana cara yang benar dalam menyikapi hidup yang
menurut diri kita patut disalahkan.
Tidak terlalu banyak kalimat, sehingga membuat buku ini
nikmat untuk dibaca, karena kita tidak akan dibuat jenuh. Penulis juga
menggunakan bahasa yang ringan sehingga sangat mudah untuk dipahami oleh
pembaca
Namun, masih ada beberapa typo
dalam penulisan.
Sumber Gambar: Instagram (@kangihsan_)
“Cinta
itu macam musik yang indah. Bedanya, cinta sejati akan membuatmu tetap menari
meskipun musiknya telah lama berhenti.”
– Pak Tua (halaman 167)
Judul Buku: Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau
Merah
Penulis: Tere Liye
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Cetakan keduapuluh tiga,
2019
Jumlah Halaman: 512 halaman
Sinopsis
Ada tujuh miliar penduduk bumi saat ini. Jika separuh saja dari mereka pernah jatuh cinta, setidaknya akan ada satu miliar lebih cerita cinta. Akan ada setidaknya 5 kali dalam setiap detik, 300 kali dalam semenit, 18.000 kali dalam setiap jam, dan nyaris setengah juta sehari-semalam, seseorang entah di belahan dunia mana, berbinar, harap-harap cemas, gemetar, malu-malu menyatakan perasaannya.
Berawal dari sebuah surat bersampul merah tanpa nama yang
dilem rapi, yang ditemukan di sepit milik Borno, cerita cintanya bermula. Andi,
teman Borno, yakin jika barang tersebut milik gadis sendu menawan berbaju
kurung kuning yang menumpang di sepit Borno.
Awalnya Borno mengira bahwa itu adalah angpau biasa, meski
bentuk dan bahan amplop yang ada padanya lebih baik. Namun, seiring berjalannya
waktu, angpau tersebut ternyata berisi sebuah rahasia yang ingin disampaikan
oleh Mei, si gadis sendu menawan itu pada Borno. Rahasia besar mengenai sebuah
kebenaran yang terjadi di rumah sakit sepuluh tahun silam saat kepergian bapak
Borno.
Kelebihan
Penulis memilih latar tempat di mana sungai Kapuas mengalir,
dengan karakter tokoh dalam ceritanya dari berbagai ras. Cerita pada buku ini
juga mengisahkan tentang ketulusan, perjuangan Borno yang berusaha ikhlas,
kemudian harus berkali-kali berganti pekerjaan, hingga akhirnya menjadi
pengemudi sepit, dan kemudian mengurus bengkel.
Penulis berusaha menggiring pembaca untuk menerka jalan
cerita. Hingga pembaca akan dibuat terkejut dengan sebuah plot twist yang luar biasa.
Bagi saya, Tere Liye selalu punya cara tersendiri membuat
cerita bergenre romantis dengan cara yang berbeda. Tidak penuh dengan gombalan,
tetapi pesan dalam cerita dapat tersampaikan dengan baik.
Kekurangan
Saya pribadi
tidak merasa ada kekurangan dalam novel ini. Karena ceritanya dikemas dengan
sangat apik.
Sumber
Gambar: Fanpage Tere Liye (Facebook)