Posted by : Eka Rizky safitri
Sabtu, 25 Januari 2014
“Eh, ada film drama Korea baru nggak sama
kamu? Oh iya, aku lupa. Kamu kan nggak suka sama yang begituan. Kamu itu
tertariknya hanya sama kartun, kartun dan kartun. Pantas aja mukamu mirip
Giant. Hahaha.”
Yaah kira-kira begitulah ejekkan yang biasa
terdengar di telinga Airin. Tapi ia hanya bisa diam dan tersenyum. Padahal dalam
hati Airin berteriak, “Urusai !!” (kira-kira
tulisannya kayak gitu :D Yang pintar bahasa Jepang, atau yang suka nonton
anime, pasti tahu apa artinya itu :D ) Airin tahu kalau teman-temannya memang
hanya bercanda, tapi Airin tidak suka dengan cara mereka yang menertawakan
hobinya itu.
Memang sih sekarang lagi marak-maraknya drama
Korea, apalagi dikalangan para gadis remaja. Tak heran bila di kelas Airin,
hampir semua teman-temannya yang cewek pada sibuk nonton bareng depan laptop.
Karena kadang Airin tidak bawa laptop, jadi dia juga ikutan nimbrung deh nonton
disitu. Walau kadang ada temannya yang sering mengusilinya dengan pura-pura menutup
laptop, seolah tidak mengizinkan Airin untuk menonton film tersebut.
Pernah waktu itu, Airin datang paling awal.
Untuk mengusir kesepian, Airin memutar lagu yang ada di hape miliknya. Di hape
Airin, lebih banyak lagu Jepang, yang jadi original
soundtrack anime-anime yang pernah ia nonton.
Sedang asyik-asyiknya mendengarkan lagu dari
Yui, yang berjudul Tokyo, teman Airin datang. “Duuh, kamu putar lagu apaan,
sih? Matiin aja deh! Lagu yang nggak jelas gitu diputar, nggak tahu juga
artinya apaan!”
Dengan perasaan terpukul, Airin menghentikan
lagu yang tadi diputarnya. Dan sejak saat itu, Airin selalu memainkan lagu-lagu
Jepangnya hanya ketika ia sedang sendiri di dalam kelas. Jika teman-temannya
sudah datang, sebelum ditegur Airin langsung mematikan lagu itu, bahkan ketika
temannya masih berada di ambang pintu.
Namun yang membuat Airin heran, mengapa jika
ia memutar lagu Jepang, ia ditegur seperti itu. Katanya lagu tidak jelaslah,
nggak tahu artinya apaan. Yah memang, tidak tahu artinya itu wajar. Tapi,
ketika teman-temannya memutar lagu Korea dan India, Airin tak pernah menegur
seperti itu, malah Airin mencoba menikmati lagu-lagu itu. Ia mulai berpikir, ia
memang bukan orang Jepang asli, ia kan hanya menikmati lagu itu saja. Sedangkan
orang Indonesia penikmat musik Korea saja, belum tentu dia tahu juga artinya
kan? Jadi apa salahnya disini kita saling menghargai? Toh sama-sama juga tidak
tahu apa artinya, baik itu lagu yang pakai bahasa Jepang ataupun bahasa Korea.
Kadang Airin kesal, dengan mereka yang
menyamakan anime dengan kartun. Mereka sering berkata kalau anime itu adalah
kartun. Jadi, seorang remaja atau orang dewasa sekali pun yang suka nonton
anime, pasti dikatai kayak anak kecil.
Padahal banyak dari anime tersebut dibuat
dalam bentuk Live Action atau versi
manusianya. Atau dari yang Live Action
dibuat kebentuk anime. Misalnya saja anime Another,
Kimi to Boku, Mirai nikki, Great Teacher Onizuka, dan sekarang Black Butler (Kuroshitsuji) sedang dalam tahap pembuatan versi Live Actionnya. Ada juga anime yang
sempat booming waktu itu, Shingeki no Kyojin yang saat itu juga
katanya sedang dibuat dalam bentuk Live
Action dan entah tahun berapa baru bisa tayang di Indonesia.
Sebenarnya Airin merasa kesepian, karena tak
ada yang mengerti dengan hobinya itu. Ia tak memiliki teman berbagi tentang
anime. Ia merasa terasingkan seperti para otaku
yang berada di Jepang. Padahal Airin sendiri bukanlah seorang otaku, ia hanya seorang anime lover. Karena merasa terasingkan, Airin lebih tepatnya disebut korban anime. *nah loh -_-
Namun jika sudah berhubungan dengan anime, ia
sudah tak peduli lagi. Baginya, menonton anime itu adalah hobi, itu adalah
dunianya, dia berhak berbuat apa yang dia suka. Maka tak heran bila ada event cosplay diadakan, ia hanya pergi
sendiri. Karena ia tahu, teman-temannya tak ada yang menyukai hal-hal yang
seperti itu. Dia tidak mau, nanti teman-temannya jadi mirip Giant *eh :D .
Disana pun Airin hanya menonton aksi para cosplayer. Sempat terbesit dalam
pikiran Airin ingin ikut menjadi cosplayer dengan menggunakan kostum milik
Tenpouin Yuuki yang terlihat simple dalam anime Code Breaker. Namun Airin
membuang jauh keinginan itu, mengingat
ia masih harus sekolah dan pastinya memerlukan banyak biaya nantinya.
Airin tak ingin menjadi otaku, apalagi sampai
jadi hikkikomori. Ia hanya menikmati hobinya sebagai pecinta anime, yang
sebatas menonton anime-anime yang dianggapnya menarik.
Jadi, jangan anggap aneh orang yang seperti
itu ya. Kecuali kalau memang dia sudah mendekati anime otaku apalagi sudah jadi
hikkikomori. Itu baru berbahaya.
Oh iya, teman-teman bisa baca nanti perbedaan
antara Anime dan Kartun, serta perbedaan antara Otaku dan Anime Lover
dipostingan berikut ini :
Posting Komentar