”Dear Allah, kenapa cinta mudah datang tetapi sulit untuk mengikhlaskan?” – Alnaira Malika Jannah (halaman 12)
Judul Buku: Dear Allah
Penulis: Diana
Febi
Penerbit: Coconut
Books
Tahun Terbit:
Cetakan Pertama, 2018 .. Cetakan ketiga 2019
Jumlah
Halaman: 412 halaman
Sinopsis
Cinta diam-diam Naira tersimpan
rapi bertahun-tahun kepada Wildan, seorang dokter spesialis obgyn. Yang hatinya telah tertambat pada
gadis lain yang disebut-sebut sebagai sang dokter bidadari di rumah sakit tempat
mereka bekerja. Naira harus menahan rasa sakit saat mendengar Wildan selalu
menceritakan gadis yang ia cinta di hadapan Naira. Cinta diam-diamnya begitu
berat lagi, ketika Wildan memutuskan akan menikahi gadis itu.
Di satu sisi, seorang dokter tampan
yang juga menjadi sahabat Wildan, jatuh cinta pada Naira. Ia pun mengkhitbah
Naira melalui Wildan. Namun, sebuah takdir mempertemukan Wildan dan Naira dalam
satu ikatan pernikahan yang tak terduga.
Naira merasa bahwa dirinya hanyalah
pengantin figuran, istri pengganti untuk Wildan. Hari-hari berat ia lalui
dengan menghadapi sikap dingin Wildan padanya. Belum lagi sebagian keluarga
besar Wildan nampak begitu membenci kehadiran Naira.
*(Saya baca buku ini sampai nangis.
Haha. Asli sedih banget. Bayangin perjuangan Naira yang tetap ingin menghormati
Wildan sebagai suaminya, tak peduli dengan sikap acuh Wildan padanya, tak
peduli meski hatinya terluka. Naira kuat banget.)*
Kelebihan
Penulis menggunakan latar tempat
rumah sakit (kebanyakan) dalam cerita ini berhubung tokoh-tokoh dalam cerita
ini memang adalah tenaga medis. Banyak istilah dalam dunia medis diletakkan
dalam cerita ini, tetapi Diana Febi menjelaskannya secara singkat agar pembaca
tak kebingungan. Penulis juga berhasil membuat sebuah plot twist yang tak
terduga.
Kekurangan
Ada satu bagian cerita yang saya
rasa seperti kurang masuk akal (meskipun memang ini cerita fiktif). Itu pun
saya sadari setelah selesai membaca. Tiba-tiba saja kepikiran, “Hey, kenapa
tiba-tiba seperti itu? Kok pakai media itu untuk menyampaikan hal penting?”
Saya tidak tahu harus menyebutnya plot
hole atau inkonsistensi. Itu saja, sih. Selebihnya cerita ini memang bagus
banget.
Posting Komentar