Posted by : Eka Rizky safitri
Senin, 13 Januari 2014
Ujian final semester III telah selesai, dan
tibalah hari libur yang paling ditunggu-tunggu oleh para mahasiswa :D
Seperti biasa, saat liburan datang, sudah
menjadi tradisi (jjiaaahh) bagi Power Ranger (Sebutan untuk perkumpulanku dan teman-teman) untuk melakukan rekreasi ke
tempat yang jarang terjamah oleh para manusia lain (tempat keramat :D). Aah dan
juga tempat rekreasi yang tidak banyak makan ongkos. Hihhi :D
Sebelumnya saat semester I, kami pergi ke air
terjun di Mantikole. Lalu semester II, ke Pusat Laut, dan semester III ini,
tujuan kami adalah air terjun di Wera. Btw semua tempat rekreasi itu berada di kota Palu, Sulawesi Tengah.
Waktu pergi ke sana, diantara Sembilan orang
yang ikut itu ternyata tidak ada yang tau jalan ke sana. Bhahaha (-_-). Dulu
waktu masih kelas 2 SMA, saya pernah datang satu kali ke tempat itu dalam
rangka camping ekstrakurikuler, dan sekarang pastilah saya lupa jalan ke sana.
Dan dengan modal sok tau, saya dan keluarga
kecilku di kampus itu akhirnya melakukan perjalanan. Belum lagi cuaca yang
tidak mendukung, awan hitam, semilir angin dingin dan rintik-rintik hujan
menemani perjalanan kami. Kami sempat terpisah, kemudian bertemu lagi di GNR (Nama jalan yang ku singkat :v)
Memasuki daerah pedesaan, mata kami
disuguhkan dengan pemandangan yang indah. Hamparan padi yang hijau yang dikelilingi oleh
gunung-gunung. Air terjun yang di gunung pun mulai terlihat dari jalan. Duuhh,
tidak sabar pengen cepat-cepat sampai.
Daaaann…
Jjeeengg..jjeeengg..
Kami pun sampai dengan selamat. Desiran air
terjun yang mengalir dengan derasnya mulai terdengar. Dari sini, pendakian
dimulai. Dari melewati anak sungai, melewati jembatan, menyusuri jalan setapak
yang licin dan lembab serta penuh dengan lipan yang besar-besar (hhhiiiiyy
+_+).
Setelah menemukan tempat yang dirasa cocok,
kami pun melepas penat di tempat itu. Kami mulai merasakan dinginnya air sungai
dari gunung itu yang seperti es batu. Sementara, sebagian dari kami, yang
cowok-cowoknya, terus melakukan pendakian sampai mencapai sumber dimana air
terjun itu berasal.
Saat asyik-asyiknya bermain-main, perut mulai
lapar.
Sebagian bekal, ada di dalam tas yang dibawa
oleh teman kami, dan saat itu dia telah berada di puncak. Karena teman saya
yang kebetulan pada hari ini lagi ulang tahun mulai tergoda untuk melihat
pemandangan diatas, mau tidak mau, kami ikut juga mendaki lagi ke atas. Memang
pemandangan di sumber air terjunnya itu indah. Kalo saya sih, sebenarnya malas.
Malaaaaas sekali mau mendaki ke sana, karena saya sudah tau model jalan
bagaimana yang akan kami lewati (-_-)
Dengan menggendong tas yang beratnya,
subhanallah, kami melanjutkan perjalanan ke atas. Jalan yang licin dan terjal,
penuh batu besar dan akar-akar pohon. Sumpaaah, jalannya memang menguji
kesabaran. Salah sedikit memijakkan kaki, ada dua kemungkinan. Jatuh karena
terpeleset atau jatuh di jurang terjal dan terbawa arus.
Peluh mulai membasahi saya lagi,
sampai-sampai menetes dan jatuh ke tanah. Kaki mulai terasa sekali pegalnya
karena mendaki ke sana.
Setelah melewati jalan indah (jelek) yang
penuh rintangan (tsaaahh), terlihatlah sumber air terjun itu. Deburan air yang
jatuh dengan derasnya dan memberikan percikkan di wajah kami, serta udara
pegunungan yang sejuk dan ditemani kicauan burung diantara ribuan pohon di
hutan, benar-benar membuat kami begitu dekat dengan alam.
Kami menghabiskan waktu di tempat itu dengan
mengambil gambar sebanyak mungkin. Kemudian turun lagi ke bawah, ke tempat yang
tadi untuk memakan bekal. Hadeeeh (-_-)
Sampai dibawah, di tempat yang tadi, saya
mulai menceburkan diri ke air yang dingin itu. Ternyata saya bermain terlalu
jauh, dan akhirnya mendekati tempat yang arus airnya sangat deras, berhubung
hujan juga belum lama reda. Saat itu juga, saya tidak bisa menyeimbangkan diri,
tubuh saya mulai terjatuh ke air seperti orang yang berenang dengan gaya tidur,
dan arus air yang deras pun menghanyutkan saya. Saya yang saat itu berpikir
bisa menahan tubuh saya sendiri dengan menggunakan kaki, ternyata tidak sanggup
melawan arus tersebut. Akhirnya saya pun berteriak memanggil temanku. Arus air
yang deras itu terus menghanyutkan saya. Saya merasa kakiku mulai berbenturan
dengan batu-batu yang ada di dalam sungai, seperti perahu karet yang terombang
ambing untuk olahraga arung jeram. Untungnya, temanku berhasil menyelamatkan
saya dan memegang tanganku, walau dia sampai harus nyebur padahal tidak niat
mau mandi di tempat itu.
Saya sangat berterima kasih padanya. Jika dia
tidak cepat menolongku, mungkin saja saya sudah jauh terbawa arus dan mati di tempat
itu (tragis meeenn :’D)
Seperti kejadian delapan belas tahun yang
lalu, saya juga tenggelam dan hanyut terbawa air saat banjir bandang. Dan
sekarang kejadian itu terulang lagi, hanya saja yang ini hanyut terbawa arus
sungai dan untungnya tidak pake acara tenggelam :’)
Benar saja, akibat dari hanyut tadi, kakiku
mulai memar. Saya sempat terdiam. Bukan karena trauma, tapi karena menahan
sakit akibat berbenturan dengan batu-batu tadi.
Kayaknya saya hanyut itu karena dari tadi
sudah pengen sekali makan, tapi tidak ada jadi-jadi. Nanti pas abis hanyut,
baru mulai makan semua kita. Ckck (-_-)
Aaaahhh. Ini adalah liburan terhebat dalam
hidupku. Biasanya saya tenggelam, tapi kali ini hanyut. Tetap saja tidak ada
yang betul. Ahahaaa :D
Tunggu cerita liburan kami di semester 4
nanti yaaa…
Ja ne !! ^^
Posting Komentar