“Seperti Zainab
binti Muhammad dan Abul Ash, bisakah Engkau persatukan kami pada satu keyakinan
meski sebelumnya harus terpisah oleh perbedaan? … Seperti Zainab binti
Muhammad, hamba akan terus berjuang dalam doa agar kelak suatu saat nanti Aryan
mampu mengucap dua kalimah agung-Mu dan menjadi imamku.” – Aisyah (halaman 126)
Judul Buku: Merhaba, Aisyah
Penulis: Diana Febi
Penerbit: Coconut Books
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, 2020
Jumlah Halaman: 380 halaman
Sinopsis
Aisyah, dokter muda yang selalu terlibat drama dengan residen killer-nya, merasa beruntung bertemu dengan Aryan, pemuda konyol yang gemar mengenakan celana jeans robek. Masa pendidikan co-ass yang semula menyeramkan itu berubah jadi menyenangkan saat pemuda banyak tingkah tersebut selalu menghibur Aisyah yang kerap disemprot habis-habisan oleh residennya.
Lambat laun, sikap lucu Aryan yang menyenangkan membuat hati Aisyah menghangat. Diam-diam, tanpa sadar gadis berhijab itu menaruh rasa untuk pemuda konyol yang punya mata segaris ketika tersenyum tersebut.
Rasa itu seperti
langit biru memadu kasih dengan pelangi yang indah, namun tiba-tiba runtuh
seketika saat mengetahui bahwa Aryan berbeda keyakinan dengannya. Di tengah
sakitnya menerima kenyataan tersebut, sang residen membawa sebuah kejutan yang
membuat Aisyah seolah berdiri di persimpangan jalan yang mengharuskannya
memilih antara meninggalkan atau ditinggalkan.
Kelebihan
Novel “Merhaba, Aisyah” merupakan spin off dari novel “Dear Allah” yang juga ditulis oleh Diana Febi, yang untuk kedua kalinya sukses membuat hujan turun pada kedua mata saya. Haha.
Masih menggunakan latar tempat rumah sakit (yang paling banyak) karena seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa Aisyah adalah dokter sekaligus sahabat dari seorang perawat yang bernama Naira.
Penulis banyak sekali menyebutkan istilah-istilah dalam bidang kedokteran yang tak lupa diberi penjelasan dengan catatan kaki agar pembaca mudah memahami.
Saya setuju dengan
pendapat pembaca sebelumnya bahwa ini novel romantis yang ditulis dengan
menggunakan penggabungan ilmu medis dan ilmu
agama yang tidak terkesan menggurui. Dan sukses membuat baper dengan
perjuangan-perjuangan yang dilalui oleh para tokoh dalam cerita.
Kekurangan
Tidak mengerti, sih. Dari novel sebelumnya dan yang ini, penulis membuat tokoh utamanya memiliki sifat yang menjengkelkan. Saya sebagai pembaca sampai gemas sendiri. Selain itu, alur ceritanya mudah ditebak. Apalagi jika pembaca sebelumnya sudah membaca novel “Dear Allah”.
Jadi saran saya,
sebaiknya kalian baca “Merhaba, Aisyah” saja terlebih dahulu baru baca novel
Diana Febi yang judulnya “Dear Allah”
biar lebih greget. Hehe.
Sumber Gambar:
Instagram (@kalbimbiraktim180k) … (@official.coconutbooks)
Posting Komentar